Google Website Translator Gadget

free counters

Selasa, 10 Januari 2012

Part 4 “LOST IN SINGAPORE”

Sabtu 7 Januari 2012

Yeah,, hari yang ditunggu-tunggu datang juga, one day trip to singapore...

Jujur saja, kali pertama ke luar negri nih. Hihihi. Pagi itu jam 04.30 sudah bangun dan siap-siap. Kapal yang membawa kami ke singapore akan berangkat pada pukul 07.30

Kami menyebrang ke singapore melalui pelabuhan Batam Center menuju Harbour front Singapore. Yap.. Jam 06.00 kami berangkat menuju pelabuhan dari hotel. Dipelabuhan langsung stempel paspor dan tiket sudah di checkin kan semalam sebelumnya. Jantung serasa deg-deg an,, mau keluar negri nih. Haha. Perlahan masuk ke kapal dan memilih window seat juga. :D. Tepat 07.30 kapal berangkat, dan untung cuaca bagus, dan sampai dengan selamat di harbour front Singapore dengan selamat 1 jam kemudian. Masuk ke Imigrasi singapore saya lolos dari pemeriksaan, katanya kalau pertama kali ke singapore ada pengecekan sidik jari, tapi saya lolos. Paspor di check, kemudian di stempel dan saya diperbolehkan masuk. Tapi ada sebagian orang yang kena tahan terlebih dahulu dan di introgasi. Sepertinya disini tampang yang berbicara, maaf bukan sombong, kalau penampilan terlihat bukan seperti wisatawan, maka petugas imigrasi disana langsung membawa orang tersebut ke ruangan introgasi. Disana akan ditanya ini itu, maksud kedatangan ke singapore, dan kalaupun beralasan shopping kadang disuruh memperlihatkan uang yang dibawa sebagai bukti kalau mau shopping di singapore. Soalnya disana peraturan sangat ketat sekali kalau yang berhubungan dengan tenaga kerja. Jadi, berpakaian lah sewajarnya, jangan berlebih-lebihan dan jangan terlihat kampungan kalau mau lolos di pemeriksaan paspor. Satu lagi, jangan membawa rokok, ketahuan, akan kena denda 20 dolar singapore atau sekitar 140 ribu rupiah. Hehe J

Setelah selesai pemeriksaan paspor dan lolos masuk, kami langsung menuju Bugis Junction, yaitu salah satu shopping mall disana, dan lebih enak lagi berbelanja di Bugis Street, disana barang-barang dijual cukup murah, seperti souvenir-souvenir khas singapore, jam tangan, tas, pakaian, dll. Enaknya belanja Jam tangan Cuma 10 dolar untuk 3 buah jam tangan. Ya, tentunya ada harga ada kualitas, saya mencoba membeli jam tangan yang seharga 5 Dolar (35 ribu rupiah), eh taunya setelah di rumah jam itu rusak. Yah, mungkin lebih bagus jam tangan yang dijual di pasar raya padang yang seharga 25 ribu rupiah dibandingkan jam 5 dolar itu. Ckckck...

Suasana didepan Bugis Street


Bugis Street

Setelah puas keliling di bugis street, saya bersama rombongan melanjutkan perjalanan ke ogee untuk mencari makan, keliling di ogee nyari makanan halal. Daripada nyari resiko, mending makan di restoran indonesia, selain dijamin halal masakannya pun pasti sesuai dengan lidah kita orang Indonesia. Perut kenyang, tidak buang-buang waktu kami langsung “cus” ke Mustafa Center. Awalnya mau naik taksi, tapi jalan kaki kayaknya lebih seru, sambil menikmati langsung suasana Singapore di siang hari. Disepanjang perjalan dapat dilihat betapa tertibnya orang-orang singapore. Tidak ada satupun yang berani menyebrang jalan ketika lampu merah masih menyala buat pejalan kaki. Semua orang tertib. Ada hal yang lucu ketika sedang menunggu lampu merah, yah.. maklum, yang namanya orang indonesia, pantang melewatkan momen-momen tertentu untuk berfoto-foto ria. Haha. Kami langsung berfoto-foto dipinggir jalan, dan tak lama lampu hijau, dan orang-orang mulai menyebrang dan tertahan oleh kami yang sedang asik-asik berfoto-foto dipinggir jalan. Seorang bule langsung marah kepada kami, dan bilang kami semua “Sembarangan” hehe.. memalukan. :0

Kemudian kami langsung menyebrang jalan menyusuri jalanan di singapore yang bersih. Bersih dari sampah, debu dan asap kendaraan. Tak satupun kendaraan bermotor di singapore yang mengeluarkan asap kotor. Mungkin karena aturan dari pemerintah disana yang hanya mengizinkan warganya utk memiliki mobil hanya selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, mobil itu harus dijual kepada pemerintah, dan warganya kembali membeli mobil baru. Makanya kualitas udara di singapore sangat bagus dan bebas dari asap kendaraan tua. Tidak seperti di jakarta, yang penuh dengan asap kendaraan bermotor.

Sebelum sampai di mustafa center, pemandu jalan kami menunjuk sebuah ruko, dimana orang sedikit ramai di ruko itu, oh ternyata itu adalah pusat pembelian judi togel di singapore. Seperti yang kita kenal di indonesia, kalau judi togel diundi di singapore, ternyata saya baru melihat disana lah tempatnya. Hmm.. pengalaman baru.

"Tempat Judi Togel di Singapore"

Tidak beberapa lama kemudian, kami sampai di Mustafa Center, salah satu shopping Mall disana. Bagi saya yang tidak terlalu tertarik dengan mall, mall di indonesia mungkin lebih bagus daripada di singapore. Dari segi disain, dan mungkin barang-barangnya pun tidak begitu bagus dan harganya pun sangat mahal. Biasa saja menurut saya. Tidak ada yang spesial. Capek berkeliling disana, kami turun, dan lagi.. maklum orang Indonesia, kebiasaan nongkrong di depan Mall. Haha.. kita sih cuek aja, duduk-duduk di depan mall sambil menunggu ibu-ibu yang belum selesai belanja. Tapi disana memang tidak seorang pun yang duduk-duduk di pagar mall selain kita, orang Indonesia. Yah,, kebiasaan buruk yang tidak tertib, masih terbawa ke negri orang. :p

Oke,, Mustafa Center sudah,, kami langsung capcus ke orchard Road, pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di singapore, lucky plaza, paradon, takasyimaya, dan lainnya. Tidak sanggup untuk berjalan kaki, kamu langsung menyewa taksi ke orchard. Pandangan saya terhadap mall di singapore sedikit berubah disini, disini tempat yang paling mantap untuk belanja barang branded dan bagus. Paradon disainnya bagus, tapi jauh lebih bagus plasa Indonesia sama Grand Indonesia. Haha

Nah, disini kejadian “Lost In Singapore” dimulai.. Hari sudah sore, tujuan terakhir kami hari itu maksudnya adalah berfoto-foto ria dan menikmati suasana Merlion. Kalo di Indonesia Monas kali ya. Landmarknya singapore. Kami dibagi dalam tiga taksi. Sebelumnya saya sama sekali tidak tahu, kalau patung singa muncrat itu namanya “Merlion Park”, nah pemandu kami ini ternyata juga salah paham, dia menyebutnya ke sentosa tempat patung singa. Dan otomatis kami semua dibawa oleh supir taksi itu ke sentosa, tempat patung singa yang paling besar, dan universal studio. Setibanya didepan patung singa yang besar, si supir taksi bilang sama saya, ini tempatnya. Silakan turun, dan sayapun bingung, kok dibawa kesini? Maksud saya kan ke tempat patung singa yang keluar air mancur dari mulutnya. Nah lho?, si supir taksi ini ngotot. Ini dia patung singanya, di sentosa. Lah, saya ngotot juga. Maksud saya bukan yang ini. Saya mau pergi ke patung singa yang ada airnya itu loh pak. (beruntung, dia adalah satu-satunya supir taksi disana yang saya temui yang mengerti bahasa indonesia). Akhirnya kami saling sewot-sewotan. Susah juga bicara sama supir taksi disana, mereka sangat susah mengerti maksud kita, walaupun sudah “cap cis cus” bicara pake bahasa inggris, tetap saja dia tidak mengerti. Setelah lama berdebat dan bersusah payah menjelaskan kepadanya, akhirnya dia mengerti. (mungkin juga supir disana agak lemot, soalnya rata-rata sudah tua-tua semua). Kami yang bertiga di mobil itu akhirnya sampai juga di merlion park. Landmark nya singapore. Nah,, Ternyata yang dua mobil lagi tidak sampai disini, rombongan lain masih nyasar di sentosa. Walahh,,, mau nelpon susah, mahal lagi. Akhirnya kami bertiga menikmati dulu suasana marlion dan tentunya berfoto-foto. Banyak yang bilang, belom pernah ke singapore kalau belum mengunjungi “Merlion Park”. Disini saya dapat kenalan dua orang touris dari jepang yang baru saja datang dari bali katanya. Saya juga berkenalan dengan dua orang indonesia yang juga sedang liburan disana, ternyata salah satunya sedang melanjutkan s2 di Johor malaysia, dan sedang berlibur akhir pekan bersama istrinya di singapore. Kita berkenalan dan meminta email masing-masing untuk komunikasi selanjutnya. Hehe J

Setelah puas di merlion, kami kembali menghubungi rombongan yang lain, dan ternyata masih di universal studio sentosa. Mereka sangat menyesal sekali tidak bisa sampai di merlion, karena alasan supir taksi juga, yang tidak mengerti meskipun telah menunjukkan foto patung merlion dan mengatakan “tujuan kami ke tempat ini” tapi, supir-supir taksi tua itu tetap tidak mengerti. Hmm.. supir taksi idiot. Ckckck..

Karena alasan waktu, kami akhirnya janjian saja bertemu di harbour front untuk pulang kembali ke Batam. Disini saya kembali kecewa sekali dengan pelayanan supir taksi disana yang tidak ramah. Setibanya di harbour front, argo menunjukan 7 dolar, tapi kami dipaksa membayar 12 dolar. Dia tidak mau menjelaskan, dan terus membentak-bentak “cepat bayar dan menyuruh kami segera keluar dari taksinya” ,, Nah,, otomatis, saya sebagai orang Indonesia yang biasa dilayani sangat baik dan ramah di negara sendiri, mendapat kelakuan seperti itu langsung kesal dan sangat kesal. Saya keluar dari taksinya sambil membanting pintunya dan bilang “i hate your Taxi” si supir taksi langsung kabur. Huff,, susahnya mencari keramahan tidak seperti di indonesia, dimana tamu dilayani dengan sangat ramah. Saya sangat terkesan sekali dengan pelayanan orang-orang Jogja dan Bandung. Wah,, mungkin merekalah orang-orang yang paling ramah yang pernah saya temui.

Akhirnya kami semua kembali bertemu di harbour front dan menceritakan pengalaman “nyasar” masing-masing. Ternyata nyasar saya membawa berkah, walaupun terpisah dari rombongan, tapi hanya kami yang bisa sampai di “Merlion Park” hahaha,.. nice

Tidak ada komentar:

Posting Komentar